KILAS 1 – Narasi Cinta Seorang Muslim, dalam Menyambut Bulan Suci Penuh Ampunan di Tengah Pandemi Covid-19
Narasi Cinta Seorang Muslim, dalam Menyambut Bulan Suci Penuh Ampunan di Tengah Pandemi Covid-19.
oleh Alifa Hafida Anwar
Yang harus dilakukan dalam menghadapi pandemi:
- Ikhtiar (gerbang awal tawakkal)
- Doa
Persiapan menyambut bulan suci ramadhan:
- Berdamai dengan keadaan
- Muhasabah diri
- Pahami konsepsi ujian
Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwa pada tanggal 14 April 2020 lalu, bahwasannya membolehkan Muslim yang sehat untuk mengganti shalat Jumat dengan shalat Zhuhur di rumah dan meninggalkan shalat lima waktu, shalat Tarawih, dan shalat Id di masjid atau tempat umum jika penyebaran wabah corona atau Covid-19 di daerahnya tidak terkendali. Ustadz Muhammad Azizan Lc menjelaskan, dalam kaidah fiqih disebutkan bahwa menolak mafsadah atau kerusakan jauh lebih diutamakan dari mengambil maslahat.
Dalam sebuah hadits disebutkan, ketika Abu Burdah bersama dengan Yazid bin Abi Kabsyah dalam suatu perjalanan di mana Yazid tetap berpuasa dalam safar, lalu Abu Burdah berkata; “Aku sering mendengar berkali-kali Abu Musa berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda, “Jika seorang hamba sakit atau bepergian (lalu beramal) ditulis baginya (pahala) seperti ketika dia beramal sebagai muqim dan dalam keadaan sehat.” (HR Bukhari).
Hadits tersebut berlaku untuk orang yang berniat menjaga amalan rutin kemudian terhalang untuk melakukannya.
Ketika seorang Muslim menahan diri untuk tidak pergi ke masjid dalam situasi saat ini maka ia sedang menjaga nyawa Muslim lainnya dari kematian akibat pandemi ini dan mendapatkan pahala. ALLAH SWT berfirman dalam al-Maidah ayat 32: “Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.”